Imunisasi Bayi dan Balita
Beberapa jenis imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan yang diberikan pada bayi dan balita, yaitu.
- Imunisasi Hepatitis B (HB)
- Pengertian:
Imunisasi hepatitis B adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B yaitu penyakit infeksi yang dapat merusak hati4. - Dosis pemberian:
0,5 mL secara intramuscular (otot lengan atau paha)6. - Waktu pemberian:
Diberikan kepada bayi segera setelah lahir sebelum berumur 24 jam, didahului penyuntikan vitamin K1 minimal 30 menit sebelumnya. Imunisasi HB0 maksimal diberikan dalam 7 hari setelah lahir2. - Kandungan:
Vaksin virus rekombinan yang telah diinaktivasikan dan bersifat non-infecious, berasal dari HbsAg yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorpha) menggunakan DNA rekombinan7. - Kontraindikasi:
Kontraindikasi imunisasi hepatitis B, yaitu tidak dapat diberikan pada bayi yang menderita sakit berat4. - Efek samping:
Efek samping imunisasi umumnya tidak ada, jika pun terjadi yaitu adanya nyeri pada tempat suntikan, demam dan pembengkakan, reaksi ini akan menghilang dalam waktu dua hari4 - Imunisasi BCG
- Pengertian:
Imunisasi BCG adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC), yaitu penyakit paru-paru yang menular4. - Dosis pemberian:
Usia kurang dari 1 tahun 0,05 mL dan usia lebih dari 1 tahun 0,1 mL secara intrakutan (lengan kanan atas)6. - Waktu pemberian:
Vaksin BCG sebaiknya diberikan segera setelah lahir atau segera mungkin sebelum bayi berumur 1 bulan. Bila bayi berumur 2 bulan atau lebih, BCG diberikan bila uji tuberkulin negatif2. - Kandungan:
Vaksin BCG mengandung kuman BCG yang masih hidup namun telah dilemahkan6. - Kontraindikasi:
Kontraindikasi imunisasi BCG, yaitu tidak dapat diberikan pada bayi yang menderita penyakit TB atau menunjukan uji mantoux positif4. - Efek samping:
Efek samping umumnya tidak ada, namun pada beberapa bayi timbul pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak atau leher bagian bawah dan akan sembuh sendiri4. - Imunisasi Polio
- Pengertian:
Imunisasi polio adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan terhadap penyakit poliomyelitis, yaitu penyakit radang yang menyerang saraf dan dapat mengakibatkan lumpuh4. - Dosis pemberian:
Polio tetes: 2 tetes per oral (0,1 ml) secara oral6. - Waktu pemberian:
- Kandungan:
Terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1, 2, dan 37. - Kontraindikasi:
Kontraindikasi imunisasi polio, yaitu tidak diberikan pada bayi atau balita dengan diare berat, demam (diatas 38o), penyakit gangguan kekebalan, HIV/AIDS, penyakit kanker atau keganasan, serta pada bayi atau balita yang sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum4. - Efek samping:
Tidak ada efek samping dari pemberian polio secara oral. - Imunisasi DPT-HB-Hib
- Pengertian:
Imunisasi DPT-HB-Hib merupakan imunisasi yang diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis, tetanus, pneumonia (radang paru), dan meningitis (radang selaput otak)4. - Dosis pemberian:
- Dosis 1–3 sebagai imunisasi primer: 0,5 ml diberikan pada usia 2, 3, dan 4 bulan atau 2, 4, dan 6 bulan dengan rentang waktu antar pemberian adalah 4–6 minggu.
- Dosis keempat atau booster pertama: sebanyak 0,5 ml diberikan pada usia 15–20 atau 18 bulan, setidaknya 6 bulan setelah dosis ketiga
- Waktu pemberian:
Vaksin DPT-HB-HiB diberikan pada umur 2, 3, 4 bulan dan kemudian booster diberikan pada usia 18 bulan2. - Kandungan:
Vaksin DPT-HB-HiB mengandung diptheria toxoid, tetanus toxoid, dan pertussis antigens, yang akan memicu sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi dalam melawan infeksi dari ketiga penyakit tersebut jika sewaktu-waktu menyerang - Kontraindikasi:
Kontraindikasi imunisasi ini, yaitu tidak dapat diberikan pada bayi atau balita yang mempunyai penyakit atau kelainan saraf baik bersifat keturunan atau bukan, seperti epilepsy, kelainan saraf, anak yang sedang demam atau sakit, bayi atau balita yang mudah kejang, dan mempunyai sifat alergi, seperti eksim atau asma4. - Efek samping:
Efek samping biasanya berupa bengkak, nyeri dan kemerahan pada lokasi suntikan disertai demam dapat timbul4. - Imunisasi Campak Rubella (MR)
- Pengertian:
Imunisasi Measles Rubella (MR) adalah suatu kegiatan imunisasi sebagai upaya untuk memutuskan transmisi penularan virus campak dan rubella8. - Dosis pemberian:
Dosis vaksin MR untuk anak dan orang dewasa adalah 0,5 ml secara subkutan atau intramuskular. - Waktu pemberian:
Vaksin MR / MMR diberikan pada umur 9 bulan. Bila sampai umur 12 bulan belum mendapat vaksin MR, dapat diberikan MMR pada usia 18 bulan2. - Kandungan:
Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup dengan strain yang dilemahkan. Vaksin campak yang tersedia di Indonesia adalah dalam bentuk kombinasi, yaitu measles-rubella (MR) dan mumps-measles-rubella (MMR). - Kontraindikasi:
Anak dengan penyakit keganasan yang tidak diobati atau dengan gangguan imunitas, yang mendapat pengobatan dengan imunosupresif atau terapi sinar atau mendapat steroid dosis tinggi, dengan alergi berat (pembengkakan pada mulut atau tenggorokan, sulit bernapas, hipotensi dan syok) terhadap gelatin atau Neomisin, pemberian harus ditunda pada anak dengan demam akut, sampai penyakit ini sembuh6. - Efek samping:
Biasanya tidak terdapat reaksi akibat imunisasi. Mungkin terjadi demam ringan dan terdapat efek kemerahan atau bercak merah pada pipi di bawah telinga pada hari ke 7 – 8 setelah penyuntikan. Kemungkinan juga terdapat pembengkakan pada tempat penyuntikan6. - Imunisasi PCV
- Pengertian:
Imunisasi PCV atau pneumokokus adalah imunisasi yang digunakan untuk melindungi tubuh dari infeksi bakteri pneumokokus. Infeksi yang disebabkan bakteri Streptococcus pneumoniae9. - Dosis pemberian:
Diberikan dengan dosis 0,5 ml secara intramuskular (paha kiri) pada setiap waktu pemberiannya. - Waktu pemberian:
PCV diberikan pada umur 2, 4, dan 6 bulan dengan booster pada umur 12–15 bulan. Jika belum diberikan pada umur 7-12 bulan, maka diberikan PCV 2 kali dengan jarak 1 bulan dan booster setelah 12 bulan dengan jarak 2 bulan dari dosis sebelumnya2. - Kandungan:
Vaksin PCV atau pneumococcal conjugate vaccine adalah vaksin yang mengandung bagian dari bakteri pneumokokus. - Kontraindikasi:
Kotraindikasi pemberian vaksin pneumokokus adalah adanya riwayat hipersensitivitas yang berat pada pemberian vaksin sebelumnya, bayi dan balita yang sedang sakit dengan derajat sedang atau berat. - Efek samping:Demam ringan (38oC), mudah mengantuk, penurunan nafsu makan, muntah, sakit perut dan diare, rewel, dan muncul bercak kemerahan pada kulit.
- Imunisasi Japanese Encephalitis (JE)
- Pengertian:
Imunisasi Japanese encephalitis (JE) adalah imunisasi untuk mencegah infeksi peradangan otak akibat virus JE yang ditularkan oleh nyamuk. JE lebih sering ditemukan di negara beriklim tropis dibanding beriklim dingin, terutama pada musim hujan - Dosis pemberian:
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan pemberian dosis tunggal vaksin JE di area endemis. - Waktu pemberian:
Vaksin JE diberikan mulai umur 9 bulan di daerah endemis atau yang akan bepergian ke daerah endemis dan untuk perlindungan jangka panjang dapat berikan booster tahun kemudian2. - Kandungan:
Vaksin JE terbuat dari virus japanese encephalitis yang sudah mati, bertujuan untuk memicu respon sistem imun tubuh dengan membentuk antibodi. Formulasi vaksin JE yang tersedia di Indonesia adalah vaksin live attenuated chimeric dengan strain SA 14-14-2 untuk mencegah infeksi virus Japanese Encephalitis (JEV) dalam bentuk sediaan bubuk kering - Kontraindikasi:
Bayi atau balita yang memiliki reaksi hipersensitivitas berupa riwayat reaksi alergi atau anafilaksis terhadap vaksin atau komponen vaksin, seperti protamine sulfate. - Efek samping:
Terasa sakit, kulit memerah, dan bengkak pada area suntikan, demam ringan, kepala pusing, dan sakit pada otot. - Imunisasi Rotavirus10
- Pengertian:
Imunisasi Rotavirus adalah imunisasi yang diberikan untuk mencegah diare berat pada bayi yang disebabkan oleh Rotavirus. - Dosis pemberian:
- Imunisasi Rotavirus diberikan secara oral sebanyak 0,5 ml (5 tetes) per dosis dan diberikan sebanyak 3 dosis dengan interval 4 minggu antar dosis.
- Imunisasi polio oral diberikan terlebih dahulu kemudian diikuti dengan pemberian imunisasi RV dan dilanjutkan dengan imunisasi suntik.
- Waktu pemberian:
Vaksin Rotavirus diberikan pada bayi usia 2 bulan (dosis pertama), bayi usia 3 bulan (dosis kedua), dan bayi usia 4 bulan (dosis ketiga). Apabila pemberian imunisasi RV terlewat dari jadwal yang seharusnya dapat dilengkapi paling lambat sebelum usia 6 bulan - Kontraindikasi:
Bayi atau balita yang memiliki reaksi hipersensitifitas terhadap komponen vaksin, Severe Combined Immunodeficiency Disease (SCID), dan riwayat intususepsi. - Efek samping:
- Secara umum vaksin Rotavirus tidak menimbulkan reaksi yang serius sesudah pemberian imunisasi.
- Reaksi umum yang mungkin terjadi berupa demam, muntah, diare dan rewel.