Penangangan Stunting
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi stunting yaitu2.
|
Tanda dan Gejala Stunting
Stunting dapat dikenali dengan ciri-ciri sebagai berikut2.
|
Diagnosa Stunting
Diagnosis stunting pada anak dapat dilakukan dengan cara mengukur indeks antopometri yang digunakan biasanya berat badan berdasar umur (BB/U), tinggi badan berdasar umur (TB/U) dan berat badan berdasar tinggi badan (BB/TB) yang dinyatakan dengan standar deviasi (SD). Keadaan stunting dapat diketahui berdasarkan pengukuran TB/U lalu dibandingkan dengan standar. Secara fisik balita stunting akan tampak lebih pendek dari balita seusianya. Klasifikasi status gizi stunting berdasarkan indikator tinggi badan per umur (TB/U)3.
Dampak Stunting
Menurut WHO, dampak stunting dibagi menjadi 2, yaitu3.
- Dampak jangka pendek
Stunting dapat menyebabkan peningkatan kejadian kesakitan dan kematian, tidak optimalnya perkembangan kognitif atau kecerdasan, motorik, dan verbal, serta peningkatan biaya kesehatan. - Dampak jangka panjang
Stunting dapat menyebabkan postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa, peningkatan risiko obesitas dan penyakit degeneratif lainnya, menurunnya kesehatan reproduksi, tidak optimalnya kapasitas belajar dan performa saat masa sekolah, dan tidak maksimalnya produktivitas dan kapasitas kerja. Anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang tidak maksimal akibat stunting pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan, dan memperlebar ketimpangan di suatu negara.
Faktor-faktor Penyebab Stunting
Faktor penyebab stunting dibagi menjadi 2, yaitu faktor langsung maupun tidak langsung2.
- Faktor penyebab langsung.
- Asupan gizi
Asupan gizi yang baik diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Usia 1–2 tahun merupakan masa kritis dimana pada tahun ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara pesat. Konsumsi makanan yang tidak cukup merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan stunting. - Penyakit infeksi kronis
Adanya penyakit infeksi dalam waktu lama tidak hanya berpengaruh terhadap berat badan akan tetapi juga berdampak pada pertumbuhan linier. Infeksi juga mempunyai kontribusi terhadap defisiensi energi, protein, dan gizi lain karena menurunnya nafsu makan sehingga asupan makanan berkurang. - Faktor penyebab tidak langsung.
- Pemberian ASI eksklusif dan MP-ASI.
ASI sangat penting bagi bayi karena memiliki komposisi yang dapat berubah sesuai kebutuhan bayi. Pada ASI terdapat kolostrum yang banyak mengandung gizi dan zat pertahanan tubuh. MPASI sebaiknya diberikan setelah bayi berusia 6 bulan secara bertahap dengan mempertimbangkan waktu dan jenis makanan agar dapat memenuhi kebutuhan energinya. Hasil sebuah penelitian mengatakan bahwa pemberian ASI dan MP-ASI memberi pengaruh 3,27 kali mengalami stunting. - Pengetahuan orang tua.
Pengetahuan orang tua tentang gizi akan memberikan dampak yang baik bagi keluarganya. Hal ini akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kebutuhan gizi. - Faktor ekonomi.
Pendapatan yang tinggi tidak selamanya meningkatkan konsumsi zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, tetapi kenaikan pendapatan akan menambah kesempatan untuk memilih bahan makanan dan meningkatkan konsumsi makanan yang disukai meskipun makanan tersebut tidak bergizi tinggi. - Rendahnya pelayanan kesehatan
Berbagai alasan dikemukakan mengapa masyarakat tidak mau memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, seperti: jarak fasilitas kesehatan yang jauh, sikap petugas yang kurang simpati dan biaya pengobatan yang mahal. Perilaku masyarakat yang demikian akan menyebabkan tidak terdeteksinya masalah kesehatan, khususnya kejadian stunting di masyarakat karena ketidakmauan mengikuti posyandu.