By using this website, you agree to the use of cookies as described in our Privacy Policy.

Penangangan Stunting

Penanganan Stunting 

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi stunting yaitu2.

  1. Penilaian status gizi yang dapat dilakukan melalui kegiatan posyandu setiap bulan.
  2. Pemberian makanan tambahan pada balita.
  3. Pemberian vitamin A.
  4. Pemberian konseling oleh tenaga gizi tentang kecukupan gizi balita.
  5. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai usia 2 tahun dengan ditambah asupan MP-ASI.
  6. Pemberian suplemen menggunakan makanan penyediaan makanan dan minuman menggunakan bahan makanan yang sudah umum dapat meningkatkan asupan energi dan zat gizi yang besar bagi banyak pasien.
  7. Pemberian suplemen menggunakan suplemen gizi khusus peroral siapguna yang dapat digunakan bersama makanan untuk memenuhi kekurangan gizi.

Tanda dan Gejala Stunting

Tanda dan Gejala Stunting

 

Stunting dapat dikenali dengan ciri-ciri sebagai berikut2.

  1. Performa buruk pada tes perhatian dan memori belajar.
  2. Pertumbuhan gigi terlambat.
  3. Usia 8–10 tahun anak menjadi lebih pendiam.
  4. Tidak banyak melakukan eye contact(kontak mata).
  5. Pertumbuhan melambat.
  6. Wajah tampak lebih muda dari usianya.
 

 

Diagnosa Stunting

Diagnosis stunting pada anak dapat dilakukan dengan cara mengukur indeks antopometri yang digunakan biasanya berat badan berdasar umur (BB/U), tinggi badan berdasar umur (TB/U) dan berat badan berdasar tinggi badan (BB/TB) yang dinyatakan dengan standar deviasi (SD). Keadaan stunting dapat diketahui berdasarkan pengukuran TB/U lalu dibandingkan dengan standar. Secara fisik balita stunting akan tampak lebih pendek dari balita seusianya. Klasifikasi status gizi stunting berdasarkan indikator tinggi badan per umur (TB/U)3.

Diagnosa Stunting

Dampak Stunting

Menurut WHO, dampak stunting dibagi menjadi 2, yaitu3.

  1. Dampak jangka pendek
    Stunting dapat menyebabkan peningkatan kejadian kesakitan dan kematian, tidak optimalnya perkembangan kognitif atau kecerdasan, motorik, dan verbal, serta peningkatan biaya kesehatan.
  2. Dampak jangka panjang
    Stunting dapat menyebabkan postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa, peningkatan risiko obesitas dan penyakit degeneratif lainnya, menurunnya kesehatan reproduksi, tidak optimalnya kapasitas belajar dan performa saat masa sekolah, dan tidak maksimalnya produktivitas dan kapasitas kerja. Anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang tidak maksimal akibat stunting pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan, dan memperlebar ketimpangan di suatu negara.

Dampak Stunting

 

Faktor-faktor Penyebab Stunting

Fakktor Penyebab Stunting

Faktor penyebab stunting dibagi menjadi 2, yaitu faktor langsung maupun tidak langsung2.

  1. Faktor penyebab langsung.
    1. Asupan gizi
      Asupan gizi yang baik diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Usia 1–2 tahun merupakan masa kritis dimana pada tahun ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara pesat. Konsumsi makanan yang tidak cukup merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan stunting.
    2. Penyakit infeksi kronis
      Adanya penyakit infeksi dalam waktu lama tidak hanya berpengaruh terhadap berat badan akan tetapi juga berdampak pada pertumbuhan linier. Infeksi juga mempunyai kontribusi terhadap defisiensi energi, protein, dan gizi lain karena menurunnya nafsu makan sehingga asupan makanan berkurang.
  2. Faktor penyebab tidak langsung.
    1. Pemberian ASI eksklusif dan MP-ASI.
      ASI sangat penting bagi bayi karena memiliki komposisi yang dapat berubah sesuai kebutuhan bayi. Pada ASI terdapat kolostrum yang banyak mengandung gizi dan zat pertahanan tubuh. MPASI sebaiknya diberikan setelah bayi berusia 6 bulan secara bertahap dengan mempertimbangkan waktu dan jenis makanan agar dapat memenuhi kebutuhan energinya. Hasil sebuah penelitian mengatakan bahwa pemberian ASI dan MP-ASI memberi pengaruh 3,27 kali mengalami stunting.
    2. Pengetahuan orang tua.
      Pengetahuan orang tua tentang gizi akan memberikan dampak yang baik bagi keluarganya. Hal ini akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kebutuhan gizi.
    3. Faktor ekonomi.
      Pendapatan yang tinggi tidak selamanya meningkatkan konsumsi zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, tetapi kenaikan pendapatan akan menambah kesempatan untuk memilih bahan makanan dan meningkatkan konsumsi makanan yang disukai meskipun makanan tersebut tidak bergizi tinggi.
    4. Rendahnya pelayanan kesehatan
      Berbagai alasan dikemukakan mengapa masyarakat tidak mau memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, seperti: jarak fasilitas kesehatan yang jauh, sikap petugas yang kurang simpati dan biaya pengobatan yang mahal. Perilaku masyarakat yang demikian akan menyebabkan tidak terdeteksinya masalah kesehatan, khususnya kejadian stunting di masyarakat karena ketidakmauan mengikuti posyandu.

More Articles …